Jalan Panjang Menuju SMAS Katolik Cor Jesu : Kisah Unik Pak Djuneidi Saripurnawan

Kehidupan adalah suatu misteri. Kita tidak akan pernah tahu, ke mana takdir akan menuntun langkah kaki. Barangkali kita bisa menyusun rencana sedemikian rapinya, namun hidup kerap mengajak bercanda. ​Hal-hal yang kita alami bisa saja jauh melenceng dari rencana. Begitu juga yang dialami oleh salah satu Alumni SMAS Katolik Cor Jesu. Kali ini, Bapak Djuneidi Saripurnawan, S.T., S.Ant., seorang aktivis humaniora asal Tanjungkarang Lampung, yang merupakan alumni SMAS Katolik Cor Jesu (SMACO) yang lulus pada tahun 1993 membagikan kisah-kisah unik yang dialaminya selama menjadi siswa di SMACO. Ahli antropologi yang saat ini berdomisili di Yogyakarta ini termasuk siswa yang aktif pada masanya. Perjalanan Pak Djuneidi menjadi siswa di SMACO bisa dibilang unik dan tidak terduga. Malang dianggap sebagai daerah yang mutu pendidikannya sama baik dengan Yogyakarta oleh keluarga Bapak Djuneidi, sehingga dipilih sebagai tempat melanjutkan studi selain Yogya. “Pendidikan di Malang pada waktu itu dianggap top. Apalagi dengan penerapan kurikulum yang dibangun oleh akademisi dari IKIP Malang (sekarang Universitas Negeri Malang), terkenal banget pada saat itu,” kenangnya. Sesampainya di Malang, Djuneidi muda dibuat jatuh cinta dengan kenyamanannya. Tidak lagi berdesakan di dalam angkutan umum, ditambah hawa Kota Malang yang terbilang sejuk membuat ia merasa betah di sini. Djuneidi muda dengan tas  ranselnya berjalan menyusuri kota sampai akhirnya menemukan SMACO. ​“Pagi-pagi sekali. Mungkin masih sekitar pukul setengah tujuh, saya sudah ada di depan pintunya itu (pintu SMACO). Saya gedor-gedor saja itu pintu. Keluarlah suster asrama.” Berawal dari menggedor-gedor pintu itulah akhirnya Djuneidi muda mendaftarkan diri ke SMAS Katolik Cor Jesu. Bapak Djuneidi berasal dari keluarga yang sederhana. Beliau mengenang, bahwa ia termasuk susah untuk membiayai sekolah. Namun, pada waktu itu, berkat kebaikan hati Suster Blandina yang memberikan sedikit bantuan kepadanya untuk membayar sekolah. Suster Blandina pernah berpesan kepada beliau, “Apa yang kamu mampu, apa yang kamu suka, lakukan di sekolah.” Perkataan Suster Blandina menjadi lecutan bagi Bapak Djuneidi untuk berprestasi pada waktu itu. ​Keberagaman latar belakang siswa-siswa SMAS Katolik Cor Jesu membuat Djuneidi muda merasa senang. Sebagai perantau berketurunan Tionghoa, yang pada masa itu masih kerap didiskriminasi, Djuneidi muda merasa salut karena penghormatan kepada sesama sangat dijunjung tinggi di SMACO. Ia bahkan tak menemukan perlakuan diskriminatif saat berada di luar sekolah. Tingginya sikap toleransi masyarakat ini pulalah yang membuatnya semakin jatuh cinta kepada SMACO dan Kota Malang. “Menurut saya, kekuatan Cor Jesu itu adalah mau menerima siswa yang beragam, dari Sabang sampai Merauke, bahkan sampai Pulau Rote.  Keberagaman itu harus dijaga, kalau bisa kuota siswa luar daerah itu ditambah,” ujar Bapak Djuneidi. “SMA itu pencarian jati diri. Nilai-nilai apa pun (termasuk kepercayaan diri dan toleransi) yang kita dapat semasa SMA itu berdampak kepada pembentukan karakter ke depan,” tambahnya. Banyak nilai yang didapatkan Bapak Djuneidi semasa bersekolah di SMACO. “Kami dilatih bagaimana bertanggung jawab. Kalau saya telat, saya akan terima dihukum apapun. Itu jadi bagian dari konsekuensi,” jelasnya. Beliau menjelaskan rasa tanggung jawab yang sudah diajarkan di SMACO sangat penting, bahkan sampai kehidupannya sekarang. “Selain itu, kami dilatih untuk setia kawan,” tambahnya. Tidak ada kesenioran di SMACO, yang ada hanyalah berteman dengan siapa saja tanpa memandang latar belakang suku, ras, dan agama. Tak hanya itu, nilai yang didapatkan adalah disiplin. Dalam hal ini, tak hanya sekedar datang ke sekolah tepat waktu, tapi juga mengerjakan dan mengumpulkan tugas tepat waktu. “Kami akhirnya memiliki kedisiplinan dalam mengikuti pembelajaran. Di samping itu, kami belajar menguasai skill dan pengalaman baru,” jelasnya. Betapa tidak menyenangkan masa SMA, jika tidak ada keinginan untuk mendapatkan skill dan pengalaman baru. Sebagai penutup, Bapak Djuneidi memberikan beberapa pesan untuk siswa-siswa SMACO saat ini. Beliau berpesan, penguasaan bahasa memiliki peran penting untuk kehidupan. “Jika anda menguasai salah satu bahasa asing dengan tekun, anda menguasai ilmu pengetahuannya. Makanya, strategi untuk menguasai bahasa asing ini harus ditekankan dan diperhatikan.” ​“Belajar itu tidak bergantung pada kurikulum dan kelas, carilah juga di luar itu. Sebab ilmu bertebaran di mana-mana. Kalau teman-teman mau maju, pesan saya itu dalam proses belajar. plus, kita boleh nakal, tapi harus bertanggung jawab,” tutup beliau. Maria Tina Septiani Klik untuk melihat foto lainnya

Share This Post

More To Explore

Berita

Entrepreneur Day Kelas XII Tahun 2023

“Menumbuhkan Semangat Wirausahawan Muda SMACO”   4 Desember 2023 merupakan hari Senin pertama setelah PAS (Penilaian Akhir Semester) ganjil 2023/2024 berakhir. Di hari tersebut seluruh

Pusat Layanan